Sabtu, 21 Februari 2015

sombong



sifat sombong, tak asing lagi di telinga kita dengan kata-kata itu..
perlu kita cermati apa sebenarnya sifat sombong itu, Dalam kamus bahasa Arab al-Munjid, sombong berasal dari kata bahasa Arab Takabbara, masdarnya adalah Takabbur yang artinya adalah sombong. Kata ini pun berkembang menjadi al-Kibriyaa’, al-kibr yang berarti kesombongan, dan memiliki kesamaan arti dengan Istakbara yang masdarnya adalah Istikbar. Namun makna lebih jauhnya lagi, kata al-Kibr berarti sifat sombong itu sendiri, Takabbur berarti tindakan yang sombong, sedangkan Istikbar adalah tindakan sombong yang sudah meminta keterlibatan orang lain untuk ikut bersikap sombong.
yang pertama kali sombong adalah sang terkutuk IBLIS, dia merasa lebih dari yang lainnya, disaat disuruh sujud pada Nabi Adam dia menolak dan merasa dirinya lebih mulia karena telah banyak melakukan ibadah kepada ALLAH. apakah pantas kita menilai ibadah kita sudah terbaik...?
Hakikat sombong, menurut Imam Ghazali, adalah apabila seseorang memandang dirinya lebih unggul daripada orang lain dalam segi kesempurnaan sifat. Dan sesungguhnya sifat ini menyebabkan kehinaan dan kegoyahan akidah.
tidaklah pantas kita itu sombong, kalupun kita sombong dengan ilmu, ketahuilah bisa saja kepala kita terbentur lalu tidak ingat apa-apa lagi dan ketahulah ilmu itu dari ALLAH sebenarnya kita tidaklah mengetahui apa-apa...
yang sombong dengan tubuhnya, ketahuilah kucing itu lebih bagus dari kita, kucing itu tidak mandi berhari-hari tapi masih ada yang senang menggendongnya, tapi kalu kita 4hari tidak mandi masih adakah yang mau mendekat.....?
kalaulah kita sombong dengan pangkat ketahulah pangkat itu bisa saja di copot kapan saja...
sabda Rasulullah s.a.w., “… kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud r.a.)
dari hadist di atas menurut para ulama adalah sebab dari sifat sombong,sombong itu bermacam-macam sebabnya, namun inti dari kesombongan disaat dia menemukan kebenaran dia menolaknya, dan dengan manusia merendahkan.
Imam Ghazali menyebutkan bahwa penyebab utama dari penyakit hati ini terdiri dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah sebab pada orang yang menyombongkan diri, yakni Ujub, kemudian menyangkut orang yang disombongkan, yakni dendam dan dengki, dan yang berkaitan dengan yang lain dari keduanya, yakni riya’. Singkatnya, sebab-sebab sombong itu ada empat, yaitu ujub, dendam, dengki dan riya’. Namun al-Ghazali pun mengklasifikasikan bahwa sumber-sumber kesombongan itu ada 4 macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
Mengerti, dalam arti banyak orang-orang yang alim yang mengerti banyak hal, akan tetapi ia tak luput dari kesombongan. Karena ilmu merupakan keutamaan paling tinggi di sisi Allah, maka tak sedikit orang yang berilmu melihat dirinya lebih unggul daripada orang lain. Rasulullah Saw. Bersabda: “ Bahaya mengerti adalah sombong.” Hadis lain mengatakan, “ Janganlah kalian termasuk orang-orang alim yang sombong, sebab ilmumu tidak sebanding dengan kebodohanmu.” Orang alim yang sombong memiliki karakter yang menganggap dirinya di sisi Allah lebih hebat daripada orang lain, atau menganggap bahwa hak-haknya merupakan kewajiban orang lain, bahkan merasa heran jika orang-orang tidak tunduk kepadanya.
Wara’ (Waspada) dan Ibadah, bahwa sesungguhnya ahli ibadah pun tidak kedap dari takabur. Dengan ketekunan mereka dalam menjalankan ibadah, orang-orang ini mennganggap bahwa diri mereka seolah lebih hebat dan utama daripada Nabi, dan barangsiapa yang telah berani menyakitinya maka akan dianggap lebih hina daripada orang-orang kafir.
Sombong karena faktor keturunan. Orang yang menyombongkan asal- usul keturunannya akan semakin sombong dengan perlakuan khusus dari orang lain.
Sombong yang disebabkan oleh harta dan pengikut. Sesungguhnya takabur semacam ini adalah merupakan ketersimpangan dari jati diri. Mereka berbangga akan banyaknya harta yang mereka miliki, atau dengan rupa wajah mereka yang cantik maupun tampan.
Imam Ghazali menjelaskan bahwa, jika kesombongan itu ditujukan kepada Allah untuk tidak tunduk pada perintah-Nya, maka itu adalah benar-benar kekufuran. Jika kesombongan itu ditujukan kepada para rasul untuk tidak patuh kepada mereka karena mereka adalah manusia seperti dirinya, maka itu pun benar-benar kekufuran. Dan jika kesombongan itu ditujukan kepada manusia dan menyeru mereka untuk berkhidmat kepada dirinya serta tunduk kepadanya, maka itu pun merupakan pengingkaran terhadap Allah, karena tidak sepatutnya ia memerintahkan orang lain taat kepadanya. Jadi jika ia berbuat baik, berilmu dan beramal, lalu menyombongkannya kepada manusia, maka ia telah menghilangkan pahalanya, dan hampir pahalanya itu menjadi sia-sia.
dan Imam Ghozali mengajari cara mawas diri agar tidak terjebak dalam sikap merasa lebih baik. Ketika kita melihat seseorang yang belum dewasa, kita bisa berkata dalam hati: “Anak ini belum pernah berbuat maksiat, sedangkan aku tak terbilang dosa yang telah kulakukan, maka jelas anak ini lebih baik dariku.” Ketika kita melihat orang tua, “Orang ini telah beramal banyak sebelum aku berbuat apa-apa, maka sudah semestinya ia lebih baik dariku.”
semoga yang menulis dan yang membaca menjadi lebih baik...
aamiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar