Jumat, 31 Juli 2015

naskah kultum


kali ini kami akan berbagi  naskah kultum tentang hari raya kurban, yang mudah-mudahan ada manfaaf untuk kita semua...
Sesungguhnya taqwa itu pesan Allah kepada seluruh ummat manusia sepanjang zaman, dari waktu ke waktu, umat berganti umat, kurun berganti kurun  sejak manusia  diciptakan. Karenanya, Allah mengutus para rasul sebagai contoh dan tauladan ketaqwaan dan kesalehan.
Sesungguhnya dengan ketakwaanlah seseorang akan menjadi mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
ۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kalian.” (Al-Hujurat: 13)

file sengaja kami sediakan dalam bentuk PDF, supaya lebih mudah untuk di cetak..
berikut ini linknya:
pentingnya haji/umroh
hikmah kurban
teladan nabi Ismail as

demikian semoga bermanfaat dunia akhirat... aamiin....

Minggu, 12 Juli 2015

larangan keluar rumah saat magrib

magrib merupakan waktu Shalat  tiga rakaat yang dilakukan ketika bumi berpindah waktu dari siang menjadi malam hari. Saat Maghrib tiba, orang tua biasanya menyuruh anaknya untuk masuk ke dalam rumah dan menghentikan aktivitas di luar rumah. Mereka percaya bahwa saat Maghrib tiba, akan banyak setan dan jin yang berkeliaran. Setelah Magrib, mereka kembali membiarkan anak-anaknya untuk bermain di luar rumah. 

Bagi umat Islam, larangan ini merupakan mitos yang dipercaya secara turun temurun. Biasanya mereka hanya meneruskan kebiasaan orang tua dan tidak mengetahui bahwa sebenarnya larangan ini ada dalam hadist Nabi. Dalam sabdanya, Nabi SAW mengatakan bahwa ketika Maghrib, akan banyak setan dan jin yang berkeliaran. Ternyata, hadist Nabi ini bisa dijelaskan secara ilmiah. 

Dalam hadist Nabi Muhammad SAW bersabda “Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,”  (Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim).

Selain itu juga dijelaskan dalam Sahih Muslim Nabi, bersabda: (Jika sore hari mulai gelap maka tahanlah bayi bayi kalian sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu, Jika sesaat dari malam telah berlalu maka lepaskan mereka, kunci pintu pintu rumah dan sebutlah nama Allah sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup. Dan tutup rapat tempat air kalian dan sebutlah nama Allah. dan tutup tempat makanan kalian dan sebutlah nama Allah. meskipun kalian mendapatkan sesuatu padanya.”

Hadist Nabi SAW ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Sebuah buku ilmiah keagamaan karya Prof. DR. Ir. H. Osly Rachman, MS berjudul The Science Of Shalat yang diterbitkan Qultummedia  menjelaskan bahwa menjelang Maghrib, alam akan berubah menjadi spektrum cahaya berwarna merah. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis (EM) yang memiliki spectrum warna yang berbeda satu sama lain. Setiap warna dalam spectrum mempunyai energi, frekuensi dan panjang gelombang yang berbeda. 

Dalam bukunya dijelaskan bahwa ketika waktu Maghrib tiba, terjadi perubahan spectrum warna alam selaras dengan frekuensi jin dan iblis, yakni spektrum warna merah. Pada waktu ini,  jin dan iblis amat bertenaga karena memiliki resonansi bersamaan dengan warna alam. Pada waktu Maghrib, banyak interfernsi atau tumpang tindihnya dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama sehingga penglihatan terkadang kurang tajam oleh adanya fatamorgana. 

Dalam Islam, pada waktu magrib dijelaskan bahwa setan bersamaan dengan datangnya kegelapan mulai menyebar mencari tempat tinggal, karena mereka tersebar dengan pemandangan luar biasa biasa dan jumlah yang tidak ada yang tahu selain Allah. Sebagian setan takut dari kejahatan setan yang lain, sehigga setan harus memiliki sesuatu yang dijadikannya sebagai tempat berlindung dan mencari tempat aman.

Maka ia bergerak dengan cepat melebihi kecepatan manusia dengan kecepatan berlipat lipat, beberapa dari mereka berlindung dalam wadah kosong, berlindung ke rumah kosong, dan beberapa dari mereka berlindung kepada sekelompok manusia yang sedang duduk duduk. Mereka tentu tidak merasakannya, mereka ikut menimbrung supaya menjadi aman dari penindasan saudara sesama setan yang juga berkeliaran seperti angin di bumi karena yang boleh hidup hanya yang kuat saja. 

Kadang kala setan mengganggu anak kecil manusia untuk dijadikan tempat berlindung. Selain itu setan juga berlindung ditempat yang kotor seperti pada popok bayi yang sudah kotor. Mereka lebih memilih popok bayi karena najis sebagai tempat persembunyian, sehingga mendorong mereka untuk tinggal.

Anda pasti pernah menemukan beberapa anak menjerit tiba-tiba dan beberapa yang menggelapar dalam tidurnya karena gangguan iblis yag merasukinya saat dijadikan tempat berlindung.

Pada waktu maghrib, kita dihimbau untuk menjauh dari hewan, seperti kucing, burung, dan mengurangi kecepatan saat mengemudi mobil karena dikuatirkan menabrak anjing atau hewan lain yang bisa jadi telah dirasuki setan, dan tidak boleh jalan jalan di tempat sepi atau duduk di tempat itu, atau melempar batu ke dalam kamar mandi, kebun dan laut.

Selasa, 19 Mei 2015

panduan sholat(latin)



sahabat Belajar, kali ini kami akan menyediakan panduan sholat dengan tulisan latin, kami harap walaupun di antara kita tidak bisa baca AL-QURAN bukan lagi alasan untuk tidak sholat, karena amal yang pertama kali di pertanyakan saat hari kiamat kelak adalah sholat, sebagaimana sabda Rasulullah:


“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”
Bilamana shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)

serta dalam AL-QURAN:
أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِدُلُوكِ ٱلشَّمۡسِ إِلَىٰ غَسَقِ ٱلَّيۡلِ وَقُرۡءَانَ ٱلۡفَجۡرِۖ إِنَّ قُرۡءَانَ ٱلۡفَجۡرِ كَانَ مَشۡهُودٗا ٧٨


yang artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”(QS AL-ISRA' 78)
   dan banyak pada surah-surah yang lain, kami juga mohon kalau ada kesalahan ataupun kekeliruan dalam penulisan mohon untuk di sampaikan supaya kami bisa untuk memperbaikinya.

dan untuk teman-teman yang mempunyai kelebihan rezeki, kami sangat berkenan kalau di perbanyak baik itu dengan di print ataupun dengan di fotocopy, karena banyak orang-orang tua kita yang tidak pandai baca AL-QURAN, ada kemungkinan dengan tulisan latin ini bisa sedikit membantu orang-orang tua kita untuk belajar sholat..

silahkan download  DISINI

Selasa, 12 Mei 2015

AKHLAK



setelah sekian lama kami absen kali ini kami menyugguhkan tulisan yang mudah-mudahan bisa membuat kita lebih dekat dengan ALLAH SWT.

kata AKHLAK tentunya tidak asing di telinga kita, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ  
yang artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung (QS Al-Qalam [68]: 4)
Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi saw, dan salah satunya yang paling populer adalah : "Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."

Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam, 
Keanekaragaman tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut, antara lain nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta dari objeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditujukan.
   Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). 

akhlak kepada ALLAH
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada ilah (Tuhan, yang didahulukan) melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
  Mahasuci engkau --Wahai Allah-- kami tidak mampu memuji-Mu; Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu, demikian ucapan para malaikat.
  Itulah sebabnya mengapa Al-Quran mengajarkan kepada manusia untuk memuji-Nya, sebagaimana 
firman-Nya: 
وَقُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ فَتَعۡرِفُونَهَاۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ 
artinya:Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS.An-Naml (27): 93)

nyata bahwa semua makhluk selalu menyertakan pujian mereka kepada Allah dengan menyucikan-Nya dari segala kekurangan. 

Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka (QS Asy-Syura [42]: 5).

Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya (QS Ar-Ra'd [13]: 13).

Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih (menyucikan Allah) sambil memuji-Nya (QS Al-Isra' [17]: 44).

Semua itu menunjukkan bahwa makhluk tidak dapat mengetahui dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian Allah SWT Itu sebabnya mereka --sebelum memuji-Nya-- bertasbih terlebih dahulu dalam arti menyucikan-Nya. Jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan kebesaran-Nya. Bertitik tolak dari uraian mengenai kesempurnaan Allah, tidak heran kalau Al-Quran memerintahkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena segala yang bersumber dari-Nya adalah baik, benar, indah, dan sempurna. 

(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung). (QS. Al-Muzzammil (73): 9)
Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui (QS Al-Baqarah: 216).
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, itu dan (kesalahan) dirimu sendiri (QS An-Nisa' [4]: 79).
Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai, dan bukan (jalan) mereka yang sesat (QS Al-Fatihah [1]: 7).


Akhlak terhadap sesama manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. 
قَوۡلٞ مَّعۡرُوفٞ وَمَغۡفِرَةٌ خَيۡرٞ مِّن صَدَقَةٖ يَتۡبَعُهَآ أَذٗىۗ وَٱللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٞ 
artinya: Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah [2]: 263).

   Di sisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar. Nabi Muhammad saw --misalnya-- dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَدۡخُلُواْ بُيُوتًا غَيۡرَ بُيُوتِكُمۡ حَتَّىٰ تَسۡتَأۡنِسُواْ وَتُسَلِّمُواْ عَلَىٰٓ أَهۡلِهَاۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ
artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya, yang demikian itu lebih baik bagimu,agar kamu (selalu) ingat (QS An-Nur [24]: 27).

وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٖ فَحَيُّواْ بِأَحۡسَنَ مِنۡهَآ أَوۡ رُدُّوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ حَسِيبًا
artinya: dan apabila kamu dihormati dengan satu penghormatan maka balaslah penghomatan itu dengan lebih baik atau balaslah (penghormatan itu yang sepadan) dengannya, sungguh ALLAH memperhitungkan segala sesuatu (QS An-Nisa [4]; 86)

وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا 
artinya: dan bertutur katalah yang baik kepada manusia (QS Al-Baqarah [2]: 83)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗ
artinya: wahai orang-orang yang beriman! bertaqwalah kepada ALLAH dan ucapkanlah perkataan yang benar (QS Al-Ahzab [33]: 70)

Yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan. Karena itu, ketika Misthah --seorang yang selalu dibantu oleh Abu Bakar r.a.-- menyebarkan berita palsu tentang Aisyah, putrinya, Abu Bakar dan banyak orang lain bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah. Tetapi Al-Quran turun menyatakan: 

َلَا يَأۡتَلِ أُوْلُواْ ٱلۡفَضۡلِ مِنكُمۡ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤۡتُوٓاْ أُوْلِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ وَلۡيَعۡفُواْ وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٌ ٢٢ 

Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kaum kerabat(-nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah dijalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan, serta berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampuni kamu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS An-Nur [24]: 22).

Sebagian dari ciri orang bertakwa dijelaskan dalam Quran surat Ali Imran (3): 134, yaitu: Maksudnya mereka mampu menahan amarahnya, dan memaafkan, (bahkan) berbuat baik (terhadap mereka yang pernah melakukan kesalahan terhadapnya), sesungguhnya Allah senang terhadap orang yang berbuat baik. Dalam Al-Quran ditemukan anjuran, "Anda hendaknya mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan Anda sendiri." 

Jika ada orang yang digelari gentleman --yakni yang memiliki harga diri, berucap benar, dan bersikap lemah lembut {terutama kepada wanita)-- seorang Muslim yang mengikuti petunjuk-petunjuk akhlak Al-Quran tidak hanya pantas bergelar demikian, melainkan lebih dari itu, dan orang demikian dalam bahasa Al-Quran disebut al-muhsin.

Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. 
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. 

Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. 
Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. 

Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri." 
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik. 

Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan secara aniaya." 

Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat petunjuk Al-Quran yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap manusia dan binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan terbesar. 

مَا قَطَعۡتُم مِّن لِّينَةٍ أَوۡ تَرَكۡتُمُوهَا قَآئِمَةً عَلَىٰٓ أُصُولِهَا فَبِإِذۡنِ ٱللَّهِمَا قَطَعۡتُم مِّن لِّينَةٍ أَوۡ تَرَكۡتُمُوهَا قَآئِمَةً عَلَىٰٓ أُصُولِهَا فَبِإِذۡنِ ٱللَّهِ
  

Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah ... (QS Al-Hasyr [59]: 5).

Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran bahwa apa pun yang berada di dalam genggaman tangannya, tidak lain kecuali amanat yang harus dipertanggungjawabkan. "Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin sepoi yang berhembus di udara, dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan pertanggungjawaban manusia menyangkut pemeliharaan dan pemanfatannya", demikian kandungan penjelasan Nabi saw tentang firman-Nya dalam Al-Quran surat At-Takatsur (102): 8 yang berbunyi, "Kamu sekalian pasti akan diminta untuk mempertanggungjawabkan nikmat (yang kamu peroleh)." Dengan demikian bukan saja dituntut agar tidak alpa dan angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar manusia. 

مَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَآ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَأَجَلٖ مُّسَمّٗىۚ 

Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan (QS Al-Ahqaf [46]: 3).

Pernyataan Tuhan ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari pandangan mitos Yunani. 

Yang menundukkan alam menurut Al-Quran adalah Allah. Manusia tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. 

سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُۥ مُقۡرِنِينَ

Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]: 13)

Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat. 
Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad saw yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad saw bahkan memberi nama semua yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa. "Nama" memberikan kesan adanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama. 

Nabi Muhammad saw telah mengajarkan : "Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik." 
Di samping prinsip kekhalifahan yang disebutkan di atas, masih ada lagi prinsip taskhir, yang berarti penundukan. Namun dapat juga berarti "perendahan". Firman Allah yang menggunakan akar kata itu dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 adalah 


Janganlah ada satu kaum yang merendahkan kaum yang lain. (QS. Al-Hujurat ayat 11)

Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang ada di langit dan di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13).

Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah kebenaran dan keadilan. 

Akhirnya kita dapat mengakhiri uraian ini dengan menyatakan bahwa keberagamaan seseorang diukur dari akhlaknya. Nabi bersabda : "Agama adalah hubungan interaksi yang baik." 

Beliau juga bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi). 



Referensi
  • Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA., Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, Penerbit Mizan, Bandung, 1997.
  • Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
  • Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Dr. Ahmad Qodri Abdillah Azizy, MA, Dr. A. Chaeruddin, SH., etc. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2008, Editor : Prof. Dr. Taufik Abdullah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, MA.
  • Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
  • Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
  • Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
  • alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
  • Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
  • Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
  • M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
  • Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
  • Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.

Minggu, 22 Februari 2015

ZIKRULLAH





Banyak perintah dzikir kepada ALLAH dalam Al-quran, di antaranya:
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku. (Al Baqarah 152)
Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An Nisa 103)
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. 206-Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya lah mereka bersujud. (Al A’raaf 205-206)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran 191)
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. 26- Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. (Al Insan 25-26)
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (Al Mujadilah 19)
dan adapun dalam hadist:
Dari abu Darda ra berkata, Rasulullah bersabda :” Maukah kuberitahukan kepadamu suatu amalan yang paling baik dan paling suci disi Tuhanmu, dan paling menaikan derajatmu, dan lebih baik bagimu daripada menginfakan emas dan perak, serta lebih baik bagimu daripada berjuang melawan musuh, kamu membunuh musuh atau musuh membunuhmu ,” para sahabat menjawab “ya” Sabda beliau saw “ Dzikrullah” (HR Ahmad, Tarmidzi, Ibnu Majah)

Dari Abu Musa ra Nabi saw bersabda “ Perumpamaan orang orang yang berdzikir kepada Allah dan orang orang yang tidak berdzikir kepada allah, seperti orang yang hidup dan orang yang mati (HR Bukhari, Muslim, Baihaqi).

Dari Muadz bin Jabal ra, Rasulullah saw bersabda “ Ahli syurga tidak akan menyesali apapun (didunia ini) kecuali atas waktu yang telah mereka lalui tanpa dzikrullah didalamnya “ (HR Thabrani, Baihaqi)

Dari Jabbir ra, Nabi saw bersabda :” Dzikir yang paling utama ialah “Laa ilaaha ilallah” dan do’a yang paling utama ialah “Alhamdulillah” (Tirmidzi, Ibnu Majah)

Dari samrah bin Jundub ra , Rasulullah bersabda :” Kalimat yang paling disukai allah swt ialah Subhanallah walhamdulillah wala ilaaha ilallah Allahu Akbar. Tidak akan membahayakanmu , darimana saja kamu memulainya “ Dalam riwayat lain disebutkan bahwa kalimat itu ada dalam AL QUR’AN ( Muslim , Ibn Majjah, Nasa’i)

Dari Ummi Hani ra ia berkata “ Suatu ketika lewatlah Rasulullah saw dihadapanku, lalu aku berkata:” Ya Rasulullah saya sudah tua dan sangat lemah. Beritahukanlah kepada ku suatu amalan agar dapat saya kerjakan sambil duduk” Beliau bersabda”Bacalah subhanallah 100 kali , itu seimbang bagimu dengan memerdekakan 100 orang budak dari keturunan Ismail. Bacalah alhamdulillah 100 kali sesungguhnya itu seimbang bagimu dengan menyedekahkan 100 ekor kuda yang bercahaya dan terkendali yang disedekahkan dijalan Allah. Bacalah Allahu Akbar 100 kali sesungguhnya itu seimbvang bagimu dengan menyembelih 100 ekor unta yang dikurbankan dan diterima disisi Allah. Dan bacalah Laa ilaaha ilalla 100 kali “ Abu Khalfin berkata Aku duga pahalanya akan memenuhi antara kangit dan bumi, dan tidak ada yang melebihinya darimu kecualai orang yang mengamalkannya lebih dari itu ( HR Ahmad)


berikut dzikir memiliki tujuh  puluh tiga manfaat diantaranya
yaitu:

1. Mengusir setan dan
menjadikannya kecewa.

2. Membuat Allah Ridho'. 

3. Menghilangkan rasa
sedih,dan gelisah dari
hati manusia.

4. Membahagiakan dan
melapangkan hati.

5. Menguatkan hati dan
badan.

6. Menyinari wajah dan
hati.

7. Membuka lahan
rezeki.

8. Menghiasi orang yang
berdzikir dengan
pakaian kewibawaan,
disenangi dan dicintai manusia.

9. Melahirkan kecintaan.

10. Mengangkat manusia
ke maqam ihsan.

11. Melahirkan inabah,
ingin kembali kepada Allah.

12. Orang yang berdzikir
dekat dengan Allah.

13. Pembuka semua
pintu ilmu.

14. Membantu seseorang merasakan kebesaran
Allah.

15. Menjadikan seorang
hamba disebut disisi
Allah.

16. Menghidupkan hati.

17. Menjadi makanan
hati dan ruh.

18. Membersihkan hati
dari kotoran.

19. Membersihkan dosa.

20. Membuat jiwa dekat dengan Allah.

21. Menolong hamba saat
kesepian.

22. Suara orang yang
berdzikir dikenal di
langit tertinggi.

23. Penyelamat dari azab
Allah.

24. Menghadirkan
ketenangan.

25. Menjaga lidah dari
perkataan yang dilarang.

26. Majlis dzikir adalah
majlis malaikat.

27. Mendapatkan berkah
Allah dimana saja.

28. Tidak akan merugi dan menyesal di hari
kiamat.

29. Berada dibawah
naungan Allah dihari
kiamat.

30. Mendapat pemberian yang paling berharga.

31. Dzikir adalah ibadah
yang paling afdhal.

32. Dzikir adalah bunga
dan pohon surga.

33. Mendapat kebaikan dan anugerah yang tak
terhingga.

34. Tidak akan lalai
terhadap diri dan Allah
pun tidak
melalaikannya.

35. Dalam dzikir
tersimpan kenikmatan
surga dunia.

36. Mendahului seorang
hamba dalam segala
situasi dan kondisi.

37. Dzikir adalah cahaya
di dunia dan ahirat.

38. Dzikir sebagai pintu
menuju Allah.

39. Dzikir merupakan
sumber kekuatan qalbu dan kemuliaan jiwa.

40. Dzikir merupakan
penyatu hati orang
beriman dan pemecah
hati musuh Allah.

41. Mendekatkan kepada ahirat dan menjauhkan
dari dunia.

42. Menjadikan hati
selalu terjaga.

43. Dzikir adalah pohon
ma’rifat dan pola hidup orang shalih.

44. Pahala berdzikir sama
dengan berinfak dan
berjihad dijalan Allah.

45. Dzikir adalah pangkal
kesyukuran.

46. Mendekatkan jiwa
seorang hamba kepada
Allah.

47. Melembutkan hati.

48. Menjadi obat hati.

49. Dzikir sebagai modal dasar untuk mencintai
Allah.

50. Mendatangkan
nikmat dan menolak
bala.

51. Allah dan Malaikatnya
mengucapkan shalawat
kepada pedzikir.

52. Majlis dzikir adalah
taman surga.

53. Allah membanggakan para
pedzikir kepada para
malaikat.

54. Orang yang berdzikir
masuk surga dalam
keadaan tersenyum.

55. Dzikir adalah tujuan
prioritas dari kewajiban
beribadah.

56. Semua kebaikan ada
dalam dzikir.
57. Melanggengkan dzikir dapat mengganti
ibadah
tathawwu’ (Sunnah
yang di anjurkan)

58. Dzikir menolong
untuk berbuat amal ketaatan.

59. Menghilangkan rasa
berat dan
mempermudah yang
susah.

60. Menghilangkan rasa takut dan menimbulkan
ketenangan jiwa.

61. Memberikan
kekuatan jasad.

62. Menolak kefakiran.

63. Pedzikir merupakan orang yang pertama
bertemu dengan Allah.

64. Pedzikir tidak akan
dibangkitkan bersama
para pendusta.

65. Dengan dzikir rumah- rumah surga dibangun,
dan kebun-kebun surga
ditanami tumbuhan
dzikir.

66. Penghalang antara
hamba dan jahannam.

67. Malaikat
memintakan ampun
bagi orang yang
berdzikir.

68. Pegunungan dan
hamparan bumi bergembira dengan
adanya orang yang
berdzikir.

69. Membersihkan sifat
munafik.

70. Memberikan kenikmatan tak
tertandingi.

71. Wajah pedzikir
paling cerah didunia dan
bersinar di ahirat.

72. Dzikir menambah saksi bagi seorang
hamba di ahirat.

73. Memalingkan
seseorang dari
membincangkan
kebathilan.

Sabtu, 21 Februari 2015

sombong



sifat sombong, tak asing lagi di telinga kita dengan kata-kata itu..
perlu kita cermati apa sebenarnya sifat sombong itu, Dalam kamus bahasa Arab al-Munjid, sombong berasal dari kata bahasa Arab Takabbara, masdarnya adalah Takabbur yang artinya adalah sombong. Kata ini pun berkembang menjadi al-Kibriyaa’, al-kibr yang berarti kesombongan, dan memiliki kesamaan arti dengan Istakbara yang masdarnya adalah Istikbar. Namun makna lebih jauhnya lagi, kata al-Kibr berarti sifat sombong itu sendiri, Takabbur berarti tindakan yang sombong, sedangkan Istikbar adalah tindakan sombong yang sudah meminta keterlibatan orang lain untuk ikut bersikap sombong.
yang pertama kali sombong adalah sang terkutuk IBLIS, dia merasa lebih dari yang lainnya, disaat disuruh sujud pada Nabi Adam dia menolak dan merasa dirinya lebih mulia karena telah banyak melakukan ibadah kepada ALLAH. apakah pantas kita menilai ibadah kita sudah terbaik...?
Hakikat sombong, menurut Imam Ghazali, adalah apabila seseorang memandang dirinya lebih unggul daripada orang lain dalam segi kesempurnaan sifat. Dan sesungguhnya sifat ini menyebabkan kehinaan dan kegoyahan akidah.
tidaklah pantas kita itu sombong, kalupun kita sombong dengan ilmu, ketahuilah bisa saja kepala kita terbentur lalu tidak ingat apa-apa lagi dan ketahulah ilmu itu dari ALLAH sebenarnya kita tidaklah mengetahui apa-apa...
yang sombong dengan tubuhnya, ketahuilah kucing itu lebih bagus dari kita, kucing itu tidak mandi berhari-hari tapi masih ada yang senang menggendongnya, tapi kalu kita 4hari tidak mandi masih adakah yang mau mendekat.....?
kalaulah kita sombong dengan pangkat ketahulah pangkat itu bisa saja di copot kapan saja...
sabda Rasulullah s.a.w., “… kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud r.a.)
dari hadist di atas menurut para ulama adalah sebab dari sifat sombong,sombong itu bermacam-macam sebabnya, namun inti dari kesombongan disaat dia menemukan kebenaran dia menolaknya, dan dengan manusia merendahkan.
Imam Ghazali menyebutkan bahwa penyebab utama dari penyakit hati ini terdiri dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah sebab pada orang yang menyombongkan diri, yakni Ujub, kemudian menyangkut orang yang disombongkan, yakni dendam dan dengki, dan yang berkaitan dengan yang lain dari keduanya, yakni riya’. Singkatnya, sebab-sebab sombong itu ada empat, yaitu ujub, dendam, dengki dan riya’. Namun al-Ghazali pun mengklasifikasikan bahwa sumber-sumber kesombongan itu ada 4 macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
Mengerti, dalam arti banyak orang-orang yang alim yang mengerti banyak hal, akan tetapi ia tak luput dari kesombongan. Karena ilmu merupakan keutamaan paling tinggi di sisi Allah, maka tak sedikit orang yang berilmu melihat dirinya lebih unggul daripada orang lain. Rasulullah Saw. Bersabda: “ Bahaya mengerti adalah sombong.” Hadis lain mengatakan, “ Janganlah kalian termasuk orang-orang alim yang sombong, sebab ilmumu tidak sebanding dengan kebodohanmu.” Orang alim yang sombong memiliki karakter yang menganggap dirinya di sisi Allah lebih hebat daripada orang lain, atau menganggap bahwa hak-haknya merupakan kewajiban orang lain, bahkan merasa heran jika orang-orang tidak tunduk kepadanya.
Wara’ (Waspada) dan Ibadah, bahwa sesungguhnya ahli ibadah pun tidak kedap dari takabur. Dengan ketekunan mereka dalam menjalankan ibadah, orang-orang ini mennganggap bahwa diri mereka seolah lebih hebat dan utama daripada Nabi, dan barangsiapa yang telah berani menyakitinya maka akan dianggap lebih hina daripada orang-orang kafir.
Sombong karena faktor keturunan. Orang yang menyombongkan asal- usul keturunannya akan semakin sombong dengan perlakuan khusus dari orang lain.
Sombong yang disebabkan oleh harta dan pengikut. Sesungguhnya takabur semacam ini adalah merupakan ketersimpangan dari jati diri. Mereka berbangga akan banyaknya harta yang mereka miliki, atau dengan rupa wajah mereka yang cantik maupun tampan.
Imam Ghazali menjelaskan bahwa, jika kesombongan itu ditujukan kepada Allah untuk tidak tunduk pada perintah-Nya, maka itu adalah benar-benar kekufuran. Jika kesombongan itu ditujukan kepada para rasul untuk tidak patuh kepada mereka karena mereka adalah manusia seperti dirinya, maka itu pun benar-benar kekufuran. Dan jika kesombongan itu ditujukan kepada manusia dan menyeru mereka untuk berkhidmat kepada dirinya serta tunduk kepadanya, maka itu pun merupakan pengingkaran terhadap Allah, karena tidak sepatutnya ia memerintahkan orang lain taat kepadanya. Jadi jika ia berbuat baik, berilmu dan beramal, lalu menyombongkannya kepada manusia, maka ia telah menghilangkan pahalanya, dan hampir pahalanya itu menjadi sia-sia.
dan Imam Ghozali mengajari cara mawas diri agar tidak terjebak dalam sikap merasa lebih baik. Ketika kita melihat seseorang yang belum dewasa, kita bisa berkata dalam hati: “Anak ini belum pernah berbuat maksiat, sedangkan aku tak terbilang dosa yang telah kulakukan, maka jelas anak ini lebih baik dariku.” Ketika kita melihat orang tua, “Orang ini telah beramal banyak sebelum aku berbuat apa-apa, maka sudah semestinya ia lebih baik dariku.”
semoga yang menulis dan yang membaca menjadi lebih baik...
aamiin....

Jumat, 06 Februari 2015

HAQQUL YAQIN



pertama yang ingin kami hadirkan sebagai renungan untuk kita semua, sebenarnya apa tujuan kita diciptakan oleh ALLAH SWT?
 yang pesti semua yang di ciptakan ALLAH SWT tidak ada yang di ciptakan sia-sia atau tanpa tujuan.
kami hadirkan firman-Nya:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
yang artinya : "tidaklah Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku"
(QS. adz-Dzariyat: 56)
dari arti diatas sangatlah jelas bahwa tujuan penciptaan kita semua untuk mengabdi kepada-Nya, lantas mengapa kita sering lupa dan dilalaikan dengan kenikmatan dunia yang sering bertentangan dengan alur agama? jawabannya tidak lain karena kita terlalu mencintai dunia, padahal kehidupan dunia ini tidaklah selamanya...banyak diantara kita terlalu dilalaikan oleh kehidupan dunia yang serba menipu ini, memang tidak ada larangan untuk mencari dunia tapi kalau hanya dunia yang dicari alangkah ruginya kita, sebagai mana firman-Nya:

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ 
إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ:

yang artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS.Al-Qashash:77)
  sungguh kehidupan di dunnia ini sebagai ladang untuk negri akhirat kelak, banyak diantara kita percaya tapi kurang yakin kalau kehidupan di dunia ini sudah di atur oleh ALLAH, baik itu rezeki, jodoh, musibah, maut, dan yang lainya itu sudah di atur, bahkan dalam urusan rezeki, walaupun kita berusaha sekuat kemampuan kita kalau tidak di izinkan ALLAH maka tak akan ada hasil yang akan kita dapatkan, dan jadikan ikhtiar itu sebagai ibadah bukan keharusan untuk suatu hasil, sekali lagi kami tulis ikhtiar itu bukanlah kita pasti berhasil, semua tidak lepas dari izin ALLAH SWT, sebagaimana firmannya:
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةٞ وَلَا نَوۡمٞۚ لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ مَن ذَا ٱلَّذِي يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيۡءٖ مِّنۡ عِلۡمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَۚ وَسِعَ كُرۡسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَۖ وَلَا يَ‍ُٔودُهُۥ حِفۡظُهُمَاۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيُّ ٱلۡعَظِيمُ

yang artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur, Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” 
(QS.al-Baqarah: 255)
  banyak ayat yang menjelaskan tentang semua yang terjadai di muka bumi ini sudah di atur oleh-Nya, hanya saja kita kurang yakin dengan semua itu padahal sudah sangat jelas dan pada awal-awal pada AL-Quran:
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ
yang artinya: "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan pada nya dan petunjuk bagi orang yang bertakwa." (QS. Al-baqarah:2)

demikianlah semoga yang menulis dan yang membaca mampu lebih mendekatkan diri kepada ALLAH SWT..

Selasa, 03 Februari 2015

lima perkara penghalang kesalehan



sahabat Ali karramallahu wajhah pernah berkata "seandainya tidak ada lima keburukan di dunia ini tentunya manusia menjadi saleh semua.
  kelima keburukan itu adalah 
1. merasa senang dengan kebodohan
2. tamak dengan dunia
3. bakhil dengan kelebihan harta
4. beramal disertai riya'
5. selalu bangga diri di atas yang lainnya

      sering kali kita selalu memberi alasan untuk tidak menuntut ilmu.
kalaupun kita masih muda memberi alasan "ahh... nanti saja kalau sudah tua" kalaupun sudah tua tentu alasannya "ahh... sudah susah otak ini untuk belajar" "ahh.. saya tidak punya banyak waktu" dan banyak alasan yang lain, padahal jelas pentingnya menuntut ilmu sebagaimana sabda rosullulah
"carilah ilmu dari buayan sampai liang lahat"(HR.Muslim)
"mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat" (HR.IBNU ABDIL BARR)
"barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan ALLAH hingga ia pulang" (HR.Tirmidzi)
"barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya ALLAH memudahkan ke jalan menuju surga" (HR.Tirmidzi)
   dan banyak lagi hadist-hadist tentang pentingnya menuntut ilmu.
   sebagaimana banyak terjadi pada muslim saat ini setiap harinya selalu disibukan oleh urusan dunia sehingga tidak ada waktu lagi untuk sebentar saja mencari ilmu, memang itu tak salah mencari dunia tapi alangkah ruginya kita kalau tanpa memiliki ilmu agama..
teringat satu kalimat yang menjadi panutan "kejarlah akhiratmu maka duniamu akan ikut, tapi kalu kamu kejar hanyalah duniamu maka kemungkinan dunia tak dapat dan akhiratmu menjauh"
 bahkan dunia ini bukanlah tempat tujuan, tujuan yang sebenarnya adalah kehidupan setelahnya.
alangkah baiknya dunia ini sebagai investasi kita untuk meraih ridho ALLAH
sebagaimana firman ALLAH Ta’ala,“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)
  banyak penjelasan kerugian kalau beramal dengan pengen di puji manusia, hal ini terkadang muncul dalam sebagian amal. Seseorang beramal karena Allah dan juga diniatkan untuk selain Allah. bahkan rasullulah bersabda “Syirik yang tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri melakukan shalat, ia perindah shalatnya itu karena mengetahui ada orang lain yang melihatnya.” (HR. Ahmad)
Motivasi seseorang dalam amal ibadahnya, yang semestinya untuk akhirat malah untuk kepentingan duniawi,termasuk pekerjaan itu sia-sia tidak diterima oleh Allah. Manusia Muslim disebut sebagai hamba dinar, hamba dirham, hamba khamishah dan khamilah, jika menjadikan kesenangan duniawi sebagai tujuan.
  dan yang terakhir merasakan kelebihan pada dirinya tanpa melihat siapa yang memberikan kelebihan itu. Ia adalah penyakit hati yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala, 
jika nampak atsar/pengaruhnya kepada lahiriah seseorang seperti sombong dalam berjalan, merendahkan manusia, menolak kebenaran dsb. maka yang nampak ini disebut dengan kibr atau khuyala’ (kesombongan). Dan memang sebab munculnya kesombongan adalah karena adanya ujub di hati. Ujub adalah salah satu penyakit hati di samping hasad (dengki), kibr (sombong), sebagai mana firman ALLAH 
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
   serta sabda rasulullah 'Tidaklah masuk surga barang siapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan yang sebesar biji dzarah sekalipun".(HR.Muslim dan Timidzi)
Imam Syafi’i berkata :“Baransgsiapa yang mengangkat-angkat diri secara berlebihan, niscaya Allah akan menjatuhkan martabatnya”
Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa yang dilakukannya dan menganggapnya bagai angin lalu.
 adapun dampak yang di akibatkan dari ujub 
1. Merasa dirinya suci
2. Sulit menerima nasihat
3. Senang mendengarkan cacat-cacat orang lain terutama rekannya sendiri
4. Bersikap angkuh ketika berjalan seperti mendongkakan kepala atau memalingkan muka dan lain sebagainya.
    
semoga dengan tulisan singkat ini bermanfaat untuk kita semua...
   

Minggu, 18 Januari 2015

20 sunnah



20 SUNNAH RASUL YANG SERING KITA ABAIKAN.
1. Mendahulukan kaki kanan saat memakai sandal dan Kaki Kiri Saat melepasnya.
2. Menjaga Dan Memelihara Wudhu' walaupun tidak sedang mengerjakan sholat.
3. Bersiwak (Menggosok Gigi dengan Kayu Siwak).
4. Shalat Istikharah
5. Berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung dalam satu cidukan telapak tangan ketika Berwudhu'.
6. Berwudhu sebelum tidur dan tidur dengan posisi miring Ke Kanan.
7. Mendahulukan Berbuka puasa dengan makanan ringan dan yang manis,dianjurkan kalau ada dengan makan buah kurma.
8. Sujud Syukur Saat mendapatkan nikmat atau terhindar dari bencana atau musibah.
9. Tidak suka Begadang Dan Segera tidur setelah selesai Shalat Isya'
10. Mengikuti Bacaan Muadzin (adzan)
11. Berlomba-Lomba untuk mengumandangkanadzan,bersegeramenunaikan shalat serta berupaya untuk Mendapatkan Shaf Pertama.
12. Meminta Izin Tiga Kali Ketika Bertamu (dengan ucapan Assalamu'alaikum)
13. Mengibaskan Seprei Saat Hendak Tidur (dengan maksud agar tempat tidur kita tidak kotor)
14. Meruqyah Diri dan keluarga
15. Berdoa Saat Memakai Pakaian Baru.
16. Mengucapkan Salam Kepada Semua Orang Islam Termasuk Anak Kecil (jika berpapasan atau bertemu)
17. Berwudhu' Sebelum Mandi Besar (Mandi Junub)
18. Membaca ‘Aamiin’ dengan Suara Keras Saat menjadi Makmum
19. Membaca dzikir Setelah Shalat
20. Membuat Pembatas (ada tenggang waktu) saat Sedang Shalat Fardhu Atau Shalat Sunnah.