Jumat, 20 Juni 2014

Abdullah bin Salam

“Siapa yang Ingin Melihat Seorang Ahli Surga, Silahkan Melihat
kepada Abdullah Bin Salam.”

Hushain bin Salam adalah seorang kepala pendeta Yahudi terkemuka di
Yatsrib. Penduduk Madinah, meski menganut agama yang berbeda, namun
mereka memuliakan dan menghormati Hushain. Sebab ia dikenal sebagai
orang yang bertaqwa dan sholih yang senantiasa bersikap istiqomah dan jujur.

Hushain menjalani hidupnya dengan begitu tenang dan damai, akan
tetapi kehidupan yang ia jalani amat berarti dan bermanfaat. Ia membagi
waktu hidupnya dalam tiga kegiatan:
Sebagian ia gunakan di gereja untuk memberikan nasehat kepada
ummat sekaligus beribadah. Sebagian lagi ia gunakan di kebun untuk
merawat pohon-pohon kurma. Dan sebagian lagi ia gunakan untuk
mempelajari ilmu agama yang ia dapatkan lewat kitab Taurat.

Setiap kali ia membaca Taurat ia termenung memikirkan berita yang
menyatakan akan munculnya seorang Nabi di Mekkah yang akan
melengkapi risalah para Nabi terdahulu sekaligus menjadi pemungkas
mereka.
Hushain lalu mencari-cari tanda dan ciri Nabi yang dinanti-nanti ini.
Dan ia semakin gembira saat ia mengetahui bahwa Nabi tersebut akan
berhijrah dari kampungnya menuju Yatsrib tempat tinggalnya yang baru.
Setiap kali ia membaca berita ini atau saat ia terbersit untuk mengingat
Nabi ini maka ia akan berdo’a kepada Allah Swt agar ia dikaruniai umur
panjang sehingga ia dapat menyaksikan kemunculan Nabi yang ditunggu-
tunggu ini dengan hati yang gembira dan ia akan menjadi orang pertama
yang akan beriman kepadanya.

Allah Swt mengabulkan do’a Hushain bin Salam sehingga Ia
memperpanjang usia Hushain hingga waktu dimana Nabi yang membawa
petunjuk dan kebenaran tersebut diutus.
  Ia juga diberi kesempatan oleh Allah Swt untuk dapat berjumpa dan
bersahabat dengan Nabi tersebut, dan beriman kepada kebenaran yang
diturunkan kepada Beliau.
Kita  akan  memberikan  kesempatan  kepada  Hushain  untuk
menceritakan keislamannya, sebab ia lebih pantas dan lebih mengetahui
akan hal ini.
Hushain bin Salam berkisah:
Begitu aku mendengar berita kemunculan Rasulullah Saw, aku
mencoba untuk mencari tahu tentang nama, nasab, sifat, waktu dan tempat
Beliau. Aku mencoba mencocokkan semua data tersebut dengan apa yang
telah tertuliskan dalam kitab suci kami sehingga aku merasa yakin akan
kenabian Beliau dan kebenaran dakwahnya. Dan aku mencoba untuk
merahasiakan hal ini dari kaum Yahudi dan aku berusaha untuk tidak
berbicara tentang Beliau.
Hingga pada hari Rasulullah Saw meninggalkan Mekkah dan menuju
Madinah.
Begitu Beliau tiba di Yatsrib dan singgah di Quba 152 , salah seorang
datang kepada kami untuk mengumumkan berita kedatangan Beliau. Saat
itu aku sedang berada di atas pohon kurma untuk mengerjakan tugasku
dan bibiku yang bernama Khalidah binti Al Harits sedang duduk di bawah
pohon. Begitu aku mendengar berita tersebut, maka aku langsung berseru:
Allahu Akbar… Allahu Akbar!
Maka bibiku berkata saat ia mendengar aku bertakbir: “Allah akan
menolakmu! Demi Allah, jika engkau mendengar berita bahwa Musa bin
Imran telah datang, pasti engkau tidak akan melakukan hal yang lebih dari
itu.”
Aku berkata kepadanya: “Wahai bibi, Demi Allah, dia adalah saudara
Musa bin Imran dan memiliki agama yang sama dengannya. Ia telah diutus
sebagai Nabi sama seperti Musa.”
Lalu bibiku terdiam sesaat dan ia pun bertanya: “Apakah dialah seorang
Nabi yang sering kali diceritakan bahwa dia akan diutus untuk
membenarkan Nabi-Nabi yang diutus sebelumnya dan sekaligus menjadi
pamungkas risalah Tuhannya?!”
Aku menjawab: “Benar!” Ia berkata: “Baiklah kalau begitu!”
Sesegera mungkin aku pergi untuk menjumpai Rasulullah Saw. Aku
dapati manusia sedang berdesakan di depan pintu rumah tempat Beliau
singgah. Aku lalu menyelinap di antara kerumunan orang sehingga aku
begitu dekat dengan Beliau.
Hal pertama yang aku dengar dari Beliau adalah sabdanya: “Wahai
manusia, sebarkanlah salam, berilah makan, shalatlah pada malam hari dikala manusia tertidur, maka kalian akan masuk ke dalam surga dengan
selamat!”
Aku begitu memperhatikan Beliau dengan seksama, dan aku semakin
yakin bahwa wajah Beliau bukanlah tampang seorang pendusta.
Kemudian aku mendekat ke arahnya dan aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Kemudian Beliau menoleh ke arahku dan bertanya: “Siapa namamu?!”
Aku menjawab: “Al Hushain bin Salam!” Beliau bersabda: “Bukan, tapi
namamu sekarang adalah Abdullah bin Salam.” Aku pun berkata: “Benar,
Abdullah bin Salam… Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran,
aku tidak ingin mendapatkan nama lain setelah hari ini!”
Kemudian aku segera pamit kepada Rasulullah untuk kembali ke rumah
dan untuk mengajak istri, anak-anakku dan seluruh keluargaku untuk
masuk Islam. Mereka semuanya masuk ke dalam Islam, termasuk bibiku
yang bernama Khalidah padahal saat itu ia sudah amat tua. Kemudian aku
berkata kepada mereka: “Rahasiakan keislamanku dan kalian semua
kepada kaum Yahudi sehingga aku izinkan!” Mereka menjawab: “Baiklah!”
Kemudian aku kembali menemui Rasulullah Saw dan aku berkata
kepada Beliau: “Ya Rasulullah, kaum Yahudi adalah sebuah kaum yang
suka berbohong dan berdusta. Aku ingin sekali mengajak para pembesar
mereka untuk menghadapmu, kemudian Engkau menyembunyikan aku di
salah satu kamar rumahmu lalu tanyakanlah kepada mereka kedudukanku
di sisi mereka sebelum mereka mengetahui keislamanku. Lalu ajaklah
mereka untuk memeluk Islam! Jika mereka mengetahui bahwa aku telah
masuk Islam, pasti mereka akan mencercaku dan mereka akan
memfitnahku dengan kebohongan.”
Kemudian Rasulullah Saw memasukkan aku ke sebuah kamar di
rumahnya, lalu Beliau mengundang para pembesar Yahudi untuk bertemu
dengan Beliau dan Beliau pun meminta mereka untuk masuk Islam dan
beriman. Rasul pun tak lupa mengingatkan mereka tentang kabar
kedatangan Beliau dalam kitab-kitab suci Yahudi.
Maka serta-merta para pembesar Yahudi tadi berselisih pendapat
dengan Nabi dan mereka menolak kebenaran yang Beliau bawa. Aku
mendengarkan semua kejadian itu. Begitu Rasulullah Saw merasa putus asa
untuk mengajak mereka beriman, lalu Beliau bertanya kepada mereka:
“Apa kedudukan Hushain bin Salam di sisi kalian?” Mereka menjawab:
“Dia adalah pemimpin kami, anak pemimpin kami. Dia juga adalah orang
berilmu yang kami miliki dan anak dari orang berilmu yang kami miliki.”
Rasul bertanya: “Jika ia telah masuk Islam, apakah kalian akan masuk
Islam juga?!”
Mereka menjawab: “Allah akan melarangnya! Tidak mungkin ia akan
masuk Islam. Allah akan melindunginya agar ia tidak masuk Islam.”
  Lalu aku keluar untuk menemui mereka, dan aku berkata: “Wahai
bangsa Yahudi, bertaqwalah kalian kepada Allah dan terimalah apa yang
dibawa Muhammad kepada kalian! Demi Allah, sungguh kalian sudah
mengetahui bahwa dia adalah Rasulullah. Engkau sudah mendapati bahwa
nama dan sifatnya telah tertulis di Taurat. Aku bersaksi bahwa dia adalah
Rasulullah. Aku beriman, percaya dan mengenal Beliau.”
Mereka langsung berkata: “Engkau berdusta! Demi Allah, engkau
adalah orang jahat dan anak orang jahat. Engkau adalah orang bodoh dan
anak orang bodoh!” Mereka tidak berhenti untuk terus mencercaku.
Aku pun berkata kepada Rasulullah Saw: “Bukankah telah aku katakan
kepadamu bahwa Yahudi adalah kaum yang berdusta dan bathil. Mereka
adalah orang yang suka berkhianat dan berbuat dosa?”

Abdullah bin Salam menerima Islam bagai orang yang kehausan
mendapatkan minuman segar. Dia begitu cinta kepada Al Qur’an. Lisannya
tidak pernah lelah untuk membaca ayat-ayat Al Qur’an yang jelas. Ia begitu
dekat dengan Nabi Saw sehingga ia bagaikan bayangan Beliau yang selalu
menyertai.
Ia bernazar atas dirinya bahwa ia akan mengerjakan amalan untuk
mengejar surga sehingga Rasulullah Saw memberikan kabar gembira
kepadanya bahwa ia berhak masuk surga dan kabar ini tersebar ramai di
kalangan para sahabat.
Mengenai kabar gembira ini ada sebuah kisah yang akan disampaikan
oleh Qais bin Abbad dan lainnya.
Qais berkisah:
Aku sedang duduk pada sebuah halaqah ilmu (majlis ilmu) di masjid
Rasulullah Saw di Madinah.
Di dalam halaqah tersebut terdapat seorang tua yang begitu tenang.
Kemudian orang tua tersebut menyampaikan sebuah pembicaraan kepada
manusia yang hadir dengan begitu indah dan membekas.
Begitu ia bangun dari tempatnya maka orang-orang berkata: “Siapa
yang ingin melihat seorang penghuni surga maka lihatlah orang ini!”
Aku pun bertanya: “Siapakah dia?” Mereka menjawab: “Dialah
Abdullah bin Salam!”
Aku berkata dalam hati: “Demi Allah, aku akan mengikutinya!” Aku
pun mulai mengikutinya… Kemudian ia pergi sehingga hampir keluar dari
kota Madinah. Kemudian ia masuk ke dalam rumahnya… kemudian aku
pun meminta izin untuk masuk. Lalu ia mengizinkan aku.
Ia bertanya: “Apa yang engkau butuhkan, wahai keponakanku?” Aku
berkata kepadanya: “Aku mendengar orang-orang berbicara tentangmu –
saat kau keluar dari masjid-: “Siapa yang ingin melihat seorang ahli surga, maka lihatlah orang ini! Maka aku pun mengikutimu untuk mengetahui
kebenaran berita ini, dan agar aku mengetahui bagaimana orang-orang
bisa tahu bahwa engkau adalah ahli surga.”
Ia berkata: “Allah lebih mengetahui tentang ahli surga, wahai ananda!”
Aku berkata: “Benar, akan tetapi pasti ada sebab yang membuat mereka
berkata demikian.” Ia berkata: “Aku akan menceritakan kepadamu
mengenai penyebabnya.” Aku berkata: “Ceritakanlah! Semoga Allah akan
membalas kebaikanmu.”
Ia berkata: “Saat aku sedang tertidur di suatu malam pada masa
Rasulullah Saw, maka datanglah seseorang kepadaku dan berkata:
‘Bangunlah!’ aku pun langsung bangun. Ia kemudian menarik tanganku.
Kemudian aku berada di jalan di sebelah kiri dan aku hendak
menyusurinya. Kemudian ia berkata kepadaku: “Tidak usah kau jalan di
sebelah situ, sebab itu bukan untukmu!” Kemudian aku tersadar bahwa aku
sudah berada di sebelah kanan jalan yang begitu terang. Kemudian pria
tadi berkata: “Susurilah jalan ini!” Maka aku pun menyusurinya sehingga
aku tiba di sebuah taman yang rindang dan amat luas. Taman tersebut
begitu hijau dan sejuk dipandang.
Di tengah taman tersebut terdapat tiang yang terbuat dari besi. Akarnya
berada di bumi dan ujungnya berada di langit. Di bagian atas tiang tersebut
ada sebuah ikatan yang terbuat dari emas.
Kemudian pria tadi berkata: “Naiklah dan ambillah emas tersebut!” Aku
menjawab: “Aku tidak bisa melakukannya.”
Kemudian ia mengambilkan seorang pembantu untukku yang
menolongku untuk naik. Maka aku pun mulai memanjat sehingga aku tiba
di ujung tiang tersebut. Maka akupun mengambil ikatan emas tersebut
dengan tanganku. Aku terus bergantungan di tiang tersbeut hingga pagi.
Keesokan paginya aku menghadap Rasulullah Saw dan aku
menceritakan mimpiku kepada Beliau. Beliau lalu bersabda: “Jalanan yang
kau lihat dalam mimpi berada di sebelah kirimu, jalanan tersebut adalah
jalanan Ashabus Syimal (golongan kiri) dari penghuni neraka. Sedangkan
jalan yang kau lihat dalam mimpi berada di kananmu, maka jalan tersebut
adalah jalan Ashabul Yamin (golongan kanan) dari ahli surga.
Adapun taman yang rimbun dan rindang itu adalah Islam.
Tiang yang berada di tengahnya adalah tiang agama. Sedangkan ikatannya adalah Al
Urwah Al Wutsqa (Tali yang Kuat). Engkau senantiasa akan memegangnya
hingga engkau wafat!”

Untuk mengenal profil Abdullah bin Salam lebih jauh silahkan melihat:

1. Al Ishabah: 2/320 atau (Tarjamah) 4725
2. Tarikh Al Islam karya Al Dzahaby: 2/230-231
3. Al Isti’ab (dengan Hamisy Al Ishabah): 2/382
4. Al Jarh wa At Ta’dil: Jilid 2 bagian 2: 2/62-63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar